14 Juli 2011

Kerangka Dasar Berfikir Manusia

.
Untuk apa orang berpikir ? Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan menghasilkan yang baru.

Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, “Thinking is inferring process” (berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan).

Proses ini diawali dengan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan menghasilkannya kembali yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga menusia memperoleh pengetahuan baru. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.


Sensasi.

Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat mengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.

“Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra”.



Mungkin benar anggapan filusuf John locke bahwa “ there is nothing in the mind except what was first in the sense “ tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indra dan juga andaikan kita tidak mempunyai alat indra, dunia ini tidak pernah ada. Dunia anda tidak teraba, tercium, terdengar, terlihat --- artinya tidak ada sama sekali.

Apa saja yang menyentuh alat indra – dari dalam atau dari luar – disebut stimuli. Saat ini anda sedang membaca tulisan (stimuli eksternal), padahal pikiran anda sedang diganggu oleh perjanjian hutang yang harus dibayar hari ini (stimuli internal). Anda serentak menerima dua macam stimuli.

“ We live in different taste worlds “ sebetulnya ia bukanlah hal yang aneh , banyak orang tahu masakan padang yang sangat pedas bagi orang jawa ternyata biasa-biasa saja bagi orang sumatera barat.

Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, disamping kapasitas alat indra yang berbeda. Perbedaan kapasitas alat indra menyebabkan perbedaan dalam memilih pekerjaan atau jodoh, mendengarkan musik atau memutar radio. Yang jelas, sensasi mempengaruhi persepsi, lalu apa yang disebut persepsi ?



Persepsi

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensor stimuli), hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Contoh :

“ Anda melihat kawan anda sedang berada disalah satu mall kemudian anda menyergapnya dari belakang, “Sombong, lu. Udah lupa sama aku, ya!” Orang itu membalik. Anda terkejut. Ia bukan teman anda, tetapi orang yang anda tidak kenal sama sekali. Ini bukan kesalahan sensasi. Ini kekeliruan persepsi “.

Dalil persepsi yang pertama adalah:

Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

“ Bila orang lapar dan orang haus duduk direstoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, yang kedua akan melihat minuman atau coca-cola “. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda.

Dalil persepsi yang kedua adalah :

Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

“ Tanpa eksperimen ilmiah sekalipun, kita segera merasa simpati pada “gadis yang cantik, walaupun tidak setia”, dari pada “gadis yang tidak setia, walaupun cantik”. Bila anda mengatakan “Kawin itu berat tetapi bahagia”, anda pasti memilih kawin. Tetapi bila anda mengatakan “Kawin itu bahagia tetapi berat”, anda tampaknya belum mau kawin ” .

Dalil persepsi yang ketiga adalah :

Sifat-sifat perceptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

“ Jika si Rinto yang terkenal sebagai preman pasar itu berpakaian jelek, anda akan menilai pakaiannya “kusut dan kotor”. Jika pakaian yang sama dikenakan oleh Marzuki, kiai yang miskin itu, anda mengomentarinya sebagai pakaian yang, walaupun “lusuh, tetapi ditambal dengan rapih dan bersih” ”. Disini terjadi asimilasi. Sifat-sifat kelompok menonjolkan atau melemahkan sifat individu.

“ Jika si Rina, ratu kecantikan itu ditemukan dengan rambut yang belum disisir, anda akan menganggapnya “tetap cantik walaupun rambutnya tidak disisir rapih” Tetapi jika si Kemong, ratu kejelekan (misalnya, ada kontes kejelekan) didapatkan berambut kusut, anda akan segera memberi komentar, “jelek sekali, apalagi rambutnya berantakan” “. Lihat, bagaimana kata “walaupun” digeser oleh “apalagi”.

Dalil persepsi yang keempat adalah :

Objek atau peristiwa yang bedekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Kita segera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai satu kelompok dan titik-titik sebagai kelompok yang lain.

“ Katakan yang mana diantara rangkaian benda-benda dibawah ini yang tidak satu kelompok : televisi, emas, radio-kaset, surat kabar. Inem menyebut “surat kabar”, karena televisi, emas, radio-kaset sama-sama barang mahal dan mewah. Mahasiswa menjawab “emas”, karena televise, radio-kaset, dan surat kabar adalah sama-sama media massa “. Perbedaan pengelompokan ini timbul karena perbedaan pendidikan.

Terjadilah apa yang disebut “gilt by association” (cemerlang karena hubungan). Orang menjadi terhormat karena duduk berdampingan dengan para menteri. Sebaliknya, kredibilitasnya berkurang karena duduk berdampingan dengan para pemulung. Disini terjadi apa yang disebut “guilt by association” (bersalah karena hubungan).

Bila terjadi kematian seorang tokoh, turun hujan lebat, kita cenderung menganggap hujan lebat diakibatkan oleh matinya sang tokoh. Bila pada saat terjadinya kesulitan ekonomi anda memegang pemerintahan, orang akan mengaitkan kegagalan ekonomi itu pada kebijaksanaan anda. Dalam logika, kecenderungan ini dianggap sebagai salah satu kerancuan berpikir. Post hoc ergo proter hoc, sesudah itu, dengan demikian, karena itu. “It is not something that only the poor logicians can do”



Memori

Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat pula stimuli direkam secara sadar atau tidak sadar.

Secara singkat memori melewati tiga proses : perekaman, penyimpanan dan pemanggilan. Perekaman (encoding) pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas-desus menyebar lebih banyak dari volume yang asal). Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan. Pemanggilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari, mengingat kembali, adalah menggunakan informasi yang disimpan.

Ada tiga teori yang menjelaskan memori antara lain :

Teori Aus (Disuse Theory)

Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. “The more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” makin sering mengingat makin jelek kemampuan mengingat. Lagipula tidak selalu waktu mengauskan memori. Sering terjadi, kita masih ingat pada peristiwa puluhan tahun yang lalu, tetapi kita lupa kejadian seminggu lewat.

Teori Interferensi (Interference Theory)

Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Misalkan, anda menghafal halaman pertama dalam kamus inggris-indonesia. Anda berhasil. Teruskan kehalaman kedua. Berhasil juga, tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang.

Peristiwa-peristiwa yang “melukai” hati kita cenderung dilupakan tetapi sebaliknya, sesuatu yang penting menurut kita, yang menarik perhatian kita, yang memenuhi kebutuhan kita, akan mudah kita ingat. Sekali lagi, ini pengaruh factor personal dalam memori.

Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)

Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang indrawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan ke dalam long-term memory (LTM, memori jangka panjang). Otak manusia dianalogikan dengan computer.

Sensory Storage lebih merupakan proses perceptual daripada memori. Ada dua macam memori : memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyimpanan disini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik. Sensory storage-lah yang menyebabkan kita melihat rangkaian gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.

Supaya dapat diingat, informasi ini harus disandi (encoded) dan masuk pada short-term memory . Inipun berlangsung singkat. Anda melihat nomor telepon, kemudian memutar pesawat telepon, dan nomor telepon itu terlupa lagi, kecuali bila anda mengulangnya berkali-kali.

Bila informasi ini berhasil dipertahankan pada STM, ia akan masuk pada LTM. Inilah yang umumnya kita kenal sebagai ingatan. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup.



Berpikir

Bagaimana orang berpikir ? Atau bagaimana orang menarik kesimpulan ? Secara garis besar ada dua macam berpikir : berpikir autistic dan berpikir realistic. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun. Fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistic disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Berpikir Dedutif : adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum, contoh : Semua manusia bakal mati. Socrates manusia. Jadi, Socrates bakal mati. Atau dapat dirumuskan “Jika A benar, dan B benar, maka akan terjadi C”.

Berpikir Induktif : adalah sebaliknya, dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi.

Berpikir Evaluatif : adalah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut criteria tertentu. Berpikir logis bukanlah kebiasaan kita yang alamiah. Dan cara berpikir yang menurut kaidah logika tidak sehat, yang biasanya kita lakukan, justru berjalan dengan baik dalam kebanyakan situasi sehari-hari. “ At best, we can all think like logicians; at worst, logicians all think like us “ Pada keadaan terbaik kita semua dapat berpikir seperti ahli logika; dalam keadaan terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita.



Menetapkan Keputusan ( Decition Making )

Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Sepanjang hidup kita harus menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda umumnya :

(1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual;

(2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative;

(3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Tetapi sudah disepakati bahwa factor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain :

Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimilki. “Bila media massa memberitahukan akan ada mahluk planet Mars yang akan datang, anda akan mencoba ingin tahu atau melarikan diri ke bawah ranjang”.

Motif, amat mempengaruhi pengambilan keputusan. “Bila anda ingin memperoleh posisi yang penting dikantor Z, anda memutuskan untuk bekerja sama dengan Y”.

Sikap, juga factor penentu lainnya, “Bila sikap anda negative terhadap kaum buruh, anda tentu memutuskan untuk tidak menggubris protes mereka".

Pada kenyataannya kognisi, motif, dan sikap ini berlangsung sekaligus.



Memecahkan Persoalan ( Problem Solving )

Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap (tentu tidak selalu begitu):

(1) Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu. Anda mula-mula akan mengatasinya dengan pemecahan yang rutin. “Mobil mogok, anda starter berkali-kali. Anak mogok sekolah, anda beri dia uang. Istri mogok bicara, anda membujuknya”. Bila cara biasa ini gagal, masalah timbul.

(2) Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa lalu. “Mobil mogok bisa didorong, anak mogok bisa diancam, dan istri mogok bisa dibohongi”.

(3) Pada tahap ini anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat atau yang dapat anda pikirkan. Semua anda coba. Ini disebut penyelesaian mekanis (mechanical solution) dengan uji coba (trial and error).

(4) Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah. Anda mencoba memahami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat. Anda mungkin menggunakan deduksi, atau induksi, tetapi karena jarang memperoleh informasi lengkap, anda lebih sering menggunakan analogi.

(5) Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan. “Aha, sekarang saya tahu, anak saya tersinggung karena ucapan saya. Saya harus meminta maaf”. Kilasan pemecahan masalah ini disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.

Demikianlah yang dapat penulis rangkumkan untuk anda dan mudah-mudahan dapat menjadi masukan yang berguna.







Rujukan :       Investigating Behavior: Principles of psychology by Desiderato

                     A New science Explorers The Human mind by Hunt, M

                     Psikologi Komunikasi oleh Jalaluddin Rahmat

.