25 April 2013

IBUKU SEORANG PEMBOHONG

.

Memang sulit bagi seseorang untuk percaya akan tetapi itulah kenyataanya. Ibu saya memang seorang pembohong sepanjang ingatan saya sedikitnya 8 kali ibu membohongi saya.  Semua kebohongan ibu itu saya catat baik2 agar dapat menjadi bahan renungan semua anak yang terlahir ke bumi ini.


Kisah ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga yang sangat miskin. Makan dan minum serba kekurangan dan kami sering kelaparan,. Sebagai anak terkecil saya sering merajuk. Saya sering menangis untuk mendapatkan nasi dan lauk yang lebih banyak dan ibu senantiasa membujuk saya agar diam dengan membagikan sebagian nasinya untuk saya seraya berkata “ MAKANLAH NAK... IBU TIDAK LAPAR “ inilah kebohongan ibu yang PERTAMA.




Ketika saya mulai besar ibu sering meluangkan waktu untuk pergi memancing ikan disungai dekat rumah kami. Ibu berharap ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami adik beradik. Pulang dari memancing ibu memasak gulai ikan yang segar dan mengundang selera.  Kami kakak beradik menyantap masakan ibu itu dengan lahap sedangkan ibu duduk memandang kami dengan wajah yang menyiratkan kebahagiaan. Ibu memakan daging sisa ikan yang masih menempel ditulang. Saya sedih melihat ibu seperti itu hati saya tersentuh lalu dengan menggunakan sendok saya memberikan ikan yang saya miliki kepada ibu tetapi ibu dengan cepat menolaknya sembari berkata  “ MAKANLAH NAK... IBU TIDAK SUKA MAKAN IKAN “ inilah kebohongan ibu yang KEDUA.


Ketika saya masuk SMU ibu pergi ke warung dengan membawa sejumlah sapu lidi dan kue2 untuk membiayai sekolah kami. Suatu malam lebih kurang pukul satu dini hari saya terjaga dari tidur saya melihat ibu sedang sibuk membuat kue dengan disinari sedikit lampu dihadapannya beberapa kali saya melihat kepala ibu mengangguk karena mengantuk saya berkata “  BU TIDURLAH... BESOK PAGI KAN IBU MASIH HARUS PERGI KE KEBUN... IBUPUN TERSENYUM DAN BERKATA TIDURLAH NAK... IBU BELUM MENGANTUK “  inilah kebohongan ibu yang KETIGA.


Ketika akan selesai sekolah ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemani saya pergi kesekolah untuk dapat menyelesaikan ujian akhir tahun yang sangat penting. Ketika hari sudah siang terik panas sinar matahari mulai menyinari  ibu terus sabar menunggu saya diluar kelas. Ibu seringkali tersenyum dan mulutnya komat kamit berdo'a kepada ALLAH agar saya lulus ujian dengan cemerlang. Ketika lonceng berbunyi yang bertanda bahwa ujian telah selesai  ibu segera menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya untuk saya. Kopi yang sangat kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang jauh lebih kental. Melihat tubuh ibu yang dibasahi dengan keringat saya segera memberikan botol itu kepada ibu dan menyuruhnya untuk minum tapi ibu cepat2 menolaknya dan berkata “ MINUMLAH NAK... IBU TIDAK HAUS “ inilah kebohongan ibu yang KEEMPAT.


Beberapa bulan setelah saya dilahirkan ayah meninggal karena sakit semenjak saat itu ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah didalam keluarga kami. Ibu bekerja di kebun membuat sapu lidi dan menjual kue2 agar kami tidak kelaparan tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan keluarga kami semakin susah dan susah. Melihat keadaan keluarga yang semakin parah seorang bapak yang baik hati yang tinggal bersebelahan dengan rumah kami datang untuk membantu ibu. Anehnya ibu selalu menolak bantuan itu. Para tetangga seringkali menasehati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang akan melindungi dan memberikan nafkah untuk kami sekeluarga tetapi ibu yang keras hatinya tidak terpengaruh dengan nasehat mereka ibu berkata  “ SAYA TIDAK PERLUKAN CINTA DAN SAYA TIDAK MEMERLUKAN LAKI-LAKI “  inilah kebohongan ibu yang KELIMA.


Setelah kakak saya selesai kuliah dan mulai bekerja maka ibupun sudah mulai tua. Kakak menyuruh ibu supaya istirahat saja dirumah tidak lagi bersusah payah untuk mencari uang tetapi ibu tidak mau. Setiap pagi ibu tetap pergi kepasar menjual sedikit sayuran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakak yang bekerja di kota besar sering mengirimkan uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu tetapi ibupun tetap berkeras hati untuk tidak mau menerima uang tersebut bahkan ibu mengirim balik uang itu dan berkata  “ JANGAN SUSAH – SUSAH NAK... IBU ADA DUIT “  inilah kebohongan ibu yang KEENAM.


Setelah tamat perguruan tinggi saya melanjutlkan lagi ketingkat selanjutnya diluar negeri. Pendidikan saya sepenuhnya dibiayai oleh sebuah perusahaan besar akhirnya pendidikan itupun telah saya selesaikan dengan cemerlang. Kemudian saya bekerja dengan perusahaan yang telah membiayai pendidikan saya dengan gaji yang cukup lumayan dan mempunyai niat untuk mengajak ibu pergi menikmati penghujung hidupnya diluar negeri. Menurut pandangan saya ibu sudah puas bersusah payah untuk kami hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan alangkah baiknya bila hari - hari tuanya ini dihabiskan dengan keceriaan dan keindahan pula tetapi ibu tidak mau menyusahkan anaknya dengan berkata  “ TIDAK USAH NAK... IBU TIDAK BIASA TINGGAL DINEGERI ORANG “  inilah kebohongan ibu yang KETUJUH.


Beberapa tahun berlalu ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima kabar bahwa ibu diserang penyakit kanker dan ibu musti dioperasi secepat mungkin.  Saya yg ketika itu berada diluar negeri langsung pulang untuk melihat ibu dirumah sakit.  Saya melihat ibu lemah terbaring dikasur karena telah menjalani pembedahan.  Ibu yg kelihatan sangat tua menatap wajah saya dengan penuh kerinduan. Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun sedikit kaku karena terpaksa menahan sakit yang menjalari setiap bagian tubuhnya. Saya dapat melihat dengan jelas betapa dahsyatnya penyakit itu tertanam ditubuh ibu sehingga ibu menjadi terlalu kurus dan lemah. Saya menatap wajah ibu sambil belinang air mata. Saya cium tangannya kemudian saya kecup pula pipi dan keningnya disaat itulah hati saya terlalu sedih... terlalu pedih... sakit melihat ibu dalam keadaan seperti itu tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata  “ JANGAN MENANGIS NAK... IBU TIDAK SAKIT “  inilah kebohongan ibu yang KEDELAPAN.


Setelah mengucapkan kebohongan yg kedelapan itu ibunda tercinta meninggal dunia dan menutup mata untuk selama-lamanya. Bagi anda yang masih mempunyai ibu dan ayah bersyukurlah. Anda boleh memeluk dan menciumnya. Kalau ibu anda jauh dari mata. Anda boleh meneleponnya sekarang dan berkata “ IBU SAYA MENYAYANGIMU...”  jangan seperti saya dihantui rasa bersalah yang sangat besar karena SEKALIPUN saya tidak pernah membisikkan kata2 itu ke telinga ibu hingga akhirnya ibuku tercinta menghembuskan nafas terakhirnya.



Kisah ini diambil dari sebuah  buku  "Surga Didepan Mata"     karya Habib NOVAL.



.