Memang sulit bagi seseorang untuk percaya akan tetapi itulah kenyataanya. Ibu saya memang seorang pembohong sepanjang ingatan saya sedikitnya 8 kali ibu membohongi saya. Semua kebohongan ibu itu saya catat baik2 agar dapat menjadi bahan renungan semua anak yang terlahir ke bumi ini.
Kisah ini bermula ketika
saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga
yang sangat miskin. Makan dan minum serba kekurangan dan kami sering kelaparan,.
Sebagai anak terkecil saya sering merajuk. Saya sering menangis untuk
mendapatkan nasi dan lauk yang lebih banyak dan ibu senantiasa membujuk saya
agar diam dengan membagikan sebagian nasinya untuk saya seraya berkata “ MAKANLAH
NAK... IBU TIDAK LAPAR “ inilah kebohongan ibu yang PERTAMA.
Ketika saya mulai besar ibu sering
meluangkan waktu untuk pergi memancing ikan disungai dekat rumah kami. Ibu
berharap ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk
membesarkan kami adik beradik. Pulang dari memancing ibu memasak gulai ikan yang
segar dan mengundang selera. Kami kakak
beradik menyantap masakan ibu itu dengan lahap sedangkan ibu duduk memandang
kami dengan wajah yang menyiratkan kebahagiaan. Ibu memakan daging sisa ikan yang
masih menempel ditulang. Saya sedih melihat ibu seperti itu hati saya tersentuh
lalu dengan menggunakan sendok saya memberikan ikan yang saya miliki kepada ibu
tetapi ibu dengan cepat menolaknya sembari berkata “ MAKANLAH NAK... IBU TIDAK SUKA MAKAN IKAN “ inilah
kebohongan ibu yang KEDUA.
Ketika saya masuk SMU ibu
pergi ke warung dengan membawa sejumlah sapu lidi dan kue2 untuk membiayai
sekolah kami. Suatu malam lebih kurang pukul satu dini hari saya terjaga dari
tidur saya melihat ibu sedang sibuk membuat kue dengan disinari sedikit lampu
dihadapannya beberapa kali saya melihat kepala ibu mengangguk karena mengantuk
saya berkata “ BU TIDURLAH... BESOK PAGI
KAN IBU MASIH HARUS PERGI KE KEBUN... IBUPUN TERSENYUM DAN BERKATA TIDURLAH NAK...
IBU BELUM MENGANTUK “ inilah kebohongan
ibu yang KETIGA.
Ketika akan selesai sekolah
ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemani saya pergi kesekolah untuk dapat
menyelesaikan ujian akhir tahun yang sangat penting. Ketika hari sudah siang
terik panas sinar matahari mulai menyinari ibu terus sabar menunggu saya diluar kelas. Ibu
seringkali tersenyum dan mulutnya komat kamit berdo'a kepada ALLAH agar saya
lulus ujian dengan cemerlang. Ketika lonceng berbunyi yang bertanda bahwa ujian
telah selesai ibu segera menuangkan kopi
yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya untuk saya. Kopi yang sangat
kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang jauh lebih
kental. Melihat tubuh ibu yang dibasahi dengan keringat saya segera memberikan
botol itu kepada ibu dan menyuruhnya untuk minum tapi ibu cepat2 menolaknya dan
berkata “ MINUMLAH NAK... IBU TIDAK HAUS “ inilah kebohongan ibu yang KEEMPAT.
Beberapa bulan setelah saya
dilahirkan ayah meninggal karena sakit semenjak saat itu ibulah yang mengambil
tugas sebagai ayah didalam keluarga kami. Ibu bekerja di kebun membuat sapu
lidi dan menjual kue2 agar kami tidak kelaparan tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan
keluarga kami semakin susah dan susah. Melihat keadaan keluarga yang semakin
parah seorang bapak yang baik hati yang tinggal bersebelahan dengan rumah kami
datang untuk membantu ibu. Anehnya ibu selalu menolak bantuan itu. Para
tetangga seringkali menasehati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki
yang akan melindungi dan memberikan nafkah untuk kami sekeluarga tetapi ibu yang
keras hatinya tidak terpengaruh dengan nasehat mereka ibu berkata “ SAYA TIDAK PERLUKAN CINTA DAN SAYA TIDAK
MEMERLUKAN LAKI-LAKI “ inilah kebohongan
ibu yang KELIMA.
Setelah kakak saya selesai
kuliah dan mulai bekerja maka ibupun sudah mulai tua. Kakak menyuruh ibu supaya
istirahat saja dirumah tidak lagi bersusah payah untuk mencari uang tetapi ibu
tidak mau. Setiap pagi ibu tetap pergi kepasar menjual sedikit sayuran untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakak yang bekerja di kota besar sering
mengirimkan uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu tetapi ibupun tetap
berkeras hati untuk tidak mau menerima uang tersebut bahkan ibu mengirim balik
uang itu dan berkata “ JANGAN SUSAH –
SUSAH NAK... IBU ADA DUIT “ inilah
kebohongan ibu yang KEENAM.
Setelah tamat perguruan
tinggi saya melanjutlkan lagi ketingkat selanjutnya diluar negeri. Pendidikan
saya sepenuhnya dibiayai oleh sebuah perusahaan besar akhirnya pendidikan
itupun telah saya selesaikan dengan cemerlang. Kemudian saya bekerja dengan
perusahaan yang telah membiayai pendidikan saya dengan gaji yang cukup lumayan
dan mempunyai niat untuk mengajak ibu pergi menikmati penghujung hidupnya
diluar negeri. Menurut pandangan saya ibu sudah puas bersusah payah untuk kami
hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan alangkah baiknya bila hari -
hari tuanya ini dihabiskan dengan keceriaan dan keindahan pula tetapi ibu tidak
mau menyusahkan anaknya dengan berkata “
TIDAK USAH NAK... IBU TIDAK BIASA TINGGAL DINEGERI ORANG “ inilah kebohongan ibu yang KETUJUH.
Beberapa tahun berlalu ibu
semakin tua. Suatu malam saya menerima kabar bahwa ibu diserang penyakit kanker
dan ibu musti dioperasi secepat mungkin. Saya yg ketika itu berada diluar negeri
langsung pulang untuk melihat ibu dirumah sakit. Saya melihat ibu lemah terbaring dikasur
karena telah menjalani pembedahan. Ibu
yg kelihatan sangat tua menatap wajah saya dengan penuh kerinduan. Ibu
menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun sedikit kaku karena terpaksa menahan
sakit yang menjalari setiap bagian tubuhnya. Saya dapat melihat dengan jelas
betapa dahsyatnya penyakit itu tertanam ditubuh ibu sehingga ibu menjadi
terlalu kurus dan lemah. Saya menatap wajah ibu sambil belinang air mata. Saya
cium tangannya kemudian saya kecup pula pipi dan keningnya disaat itulah hati
saya terlalu sedih... terlalu pedih... sakit melihat ibu dalam keadaan seperti
itu tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata “ JANGAN MENANGIS NAK... IBU TIDAK SAKIT “ inilah kebohongan ibu yang KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan
kebohongan yg kedelapan itu ibunda tercinta meninggal dunia dan menutup mata
untuk selama-lamanya. Bagi anda yang masih mempunyai ibu dan ayah bersyukurlah.
Anda boleh memeluk dan menciumnya. Kalau ibu anda jauh dari mata. Anda boleh
meneleponnya sekarang dan berkata “ IBU SAYA MENYAYANGIMU...” jangan seperti saya dihantui rasa bersalah yang
sangat besar karena SEKALIPUN saya tidak pernah membisikkan kata2 itu ke
telinga ibu hingga akhirnya ibuku tercinta menghembuskan nafas terakhirnya.
Kisah ini diambil dari sebuah buku "Surga Didepan Mata" karya Habib NOVAL.
.