22 Februari 2012

Suster Rumah Sakit Jiwa

.
Suatu ketika, pasien-pasien di Rumah Sakit Jiwa di sebuah kota terpaksa harus dipindahkan ke RSJ lainnya di kota lain yang jaraknya cukup jauh. Untuk itu, mereka dinaikkan ke pesawat terbang bersama dengan seorang suster perawat.

Semula penerbangan berjalan lancar, tetapi kemudian orang-orang gila itu mulai berulah. Salah satu dari mereka membawa bola dan mengajak teman-temannya main bola di dalam pesawat. Suasana di dalam pesawat menjadi gaduh karena mereka berteriak-teriak kegirangan. Bola dilempar ke sana ke mari, bahkan sekali-kali sampai masuk ke ruang pilot.

Pilot menjadi marah karena konsentrasinya terganggu dan memanggil suster,

“Tolong mereka ditenangkan! Saya merasa sangat terganggu. Bisa-bisa pesawat ini menabrak gunung jika terus begini.”

Untuk sementara mereka bisa tenang, tapi tak lama kemudian mereka mulai main bola lagi di dalam pesawat sehingga pilot kembali marah-marah kepada suster. Hal itu terjadi berulang kali sampai akhirnya pilot berkata,

“Suster, pokoknya saya tidak mau tahu. Mereka harus disuruh tenang. Anda sebagai suster RSJ harus bisa mengendalikan mereka.”

“Baik pak,” jawab suster, “kali ini benar-benar akan saya bereskan.”

Tak berapa lama kemudian, suasana di dalam pesawat menjadi tenang dan sepi sekali sehingga membuat pilot keheranan.

Ia memanggil suster dan memuji,


Kisah Nenek Yang Ikhlas


.
Seorang nenek harus berjalan jauh ke pasar di kota untuk menjual bunga cempaka. Itulah kerja hariannya. 

Selepas berjualan, beliau singgah dahulu ke masjid di kota untuk bersolat zuhur. Selepas berdoa dan berwirid sekadarnya, nenek itu akan terlebih dahulu membersihkan dedaunan yang berserakan di halaman masjid. Ini dilakukannya setiap hari di bawah terik matahari. Setelah semua dedaunan itu dibersihkan barulah beliau pulang ke desanya. Jemaah dan pengelola masjid kasihan melihat rutinitas nenek yang demikian. 

Suatu hari, pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan yang berserakan di halaman masjid sebelum nenek itu datang. Fikirnya, usaha itu akan membantu nenek tadi agar tidak perlu bersusah payah membersihkan halaman masjid itu. 

Rupanya, niat baik itu telah membuat nenek tersebut menangis sedih. 

Dia memohon supaya dia terus diberi kesempatan membersihkan halaman masjid seperti biasa. 

Akhirnya, pihak masjid terpaksa membiarkan situasi berjalan seperti biasa supaya nenek itu tidak bersedih lagi. 

Satu ketika saat ditanya oleh seorang kiyai mengapa nenek tersebut melakukan hal itu, nenek tersebut menjawab: 

“Saya ini perempuan bodoh, kiai. Saya tahu amal-amal saya yang kecil ini mungkin juga tidak benar dijalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam". 

 “Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu sholawat kepada Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam. Kelak jika saya mati, saya ingin Rasulullah menjemput saya."

 “Biarlah semua dedaunan ini bersaksi bahwa saya telah membacakan selawat kepadanya.” 

JENDELA RUMAH SAKIT

.
 Dua orang yang mempunyai penyakit serius menempati kamar yang sama di rumah sakit. 
Pasien yang satu, setiap siang hari diperbolehkan duduk selama satu jam supaya cairan  yang ada di paru-parunya cepat hilang dan tempat tidurnya terletak di sebelah jendela satu-satunya di kamar itu. Sedang Pasien yang satunya lagi hanya dapat berbaring di atas punggungnya setiap hari. 

Kedua orang ini berbicara tentang istri, keluarga, rumah tangga, pekerjaan dan keterlibatan mereka dalam tugas-tugas militer. 

Setiap siang, ketika pasien yang dekat jendela duduk, ia menghabiskan waktunya bercerita kepada teman sekamarnya tentang semua yang ia lihat dari balik jendela. 

Teman sekamarnya selama satu jam hidup dalam dunia yang lebih luas. Kegiatan dan warna dunia luar membuatnya lebih bergairah hidup. 

Jendela itu menghadap ke taman yang di dalamnya ada telaga yang indah. Angsa dan itik bermainan di atas air sementara anak-anak melayarkan kapal-kapal mainannya. Sepasang kekasih jalan bergandeng tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni seperti pelangi. Pohon tua yang besar menambah indahnya pemandangan. 

Garis bayangan kota terlihat di kejauhan. Setiap kali pasien yang di dekat jendela menjelaskan semuanya secara indah dan rinci, teman sekamarnya memejamkan mata membayangkan pemandangan itu. 

Suatu siang yang hangat, pasien yang di dekat jendela menceritakan parade yang lewat. Meskipun teman sekamarnya sama sekali tidak mendengar suara drum band, tapi ia dapat melihat parade itu dalam pikirannya karena temannya menggambarkannya dengan jelas. 

15 Februari 2012

Kekuatan Maaf Rasulullah SAW

.

Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. 

Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?” 
Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”. 

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah. 

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”

Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri bertanya, “Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu”.

06 Februari 2012

Dulu Haram Kini Halal

.
Pada suatu ketika di zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pencuri yang hendak bertaubat, dia duduk di majelis Nabi Muhammad SAW dimana para sahabat berdesak-desakkan di Masjib Nabawi.

Suatu ketika dia menangkap perkataan Nabi saw : “Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang Haram itu dalam keadaan halal”.

Sungguh dia tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat mendiskusikan hal tersebut setelah majelis dengan tingkat keimanan dan pemahaman yang jauh dibawah sang pencuri merasa tersisihkan.

Akhirnya malam pun semakin larut, sang pencuri lapar.
Keluarlah dia dari Masjid demi melupakan rasa laparnya.
Di suatu gang tempat dia berjalan, dia mendapati suatu rumah yang pintunya agak terbuka.
Dengan insting pencurinya yang tajam ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu tidak terkunci…dan timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak.